Akses Jalan Ditutup, Pedagang Kawasan Wisata Pantai Alai Datangi Bupati

Sutera, Garis Pantai News  – Puluhan pedagang di kawasan wisata Pasir Alai, Nagari Ampingparak, Kecamatan Sutera datangi kantor Bupati Pesisir Selatan, Jumat (28/4).

Puluhan pedagang yang terkumpul dari emak-emak ini, meminta kesedian Pemerintah Kabupaten stempat untuk memfasilitasi pertikaian penutupan akses ke lokasi mereka karena para pedagang telah merasa di rugikan tidak bisa berdagang di lokasi Pantai Pasie Alai.

“Kami berharap pemerintah melalui bupati. Soal kami sudah lama berjualan. Tapi, kok tega mereka menutup akses. Jadi untuk menghindari pertikaian, kami berharap pemerintah hadir,” ungkap Ineng (43) salah satu dari emak-emak yang mendatangi kantor Bupati Pessel.

Pantauan garispantainews.com, rombo ngan emak-emak ini datang ke kantor Bupati menaiki mobil pick up L300. Datang dengan penuh harap, namun saat itu tidak satu dari pejabat yang menyambut mereka.

Ineng berharap, kehadiran mereka ke kantor bupati agar mendapatkan respon dari pemerintah kabupaten setempat. Karena mereka menginginkan persoalan tersebut bisa selesai dengan baik-baik.

“Hanya dengan usaha ini kami bisa mencari uang. Kami tidak ingin ada pertikaian. Jadi kami minta pemerintah bisa hadir di sini,” terangnya.

Sementara itu, pedagang lainnya, Wet Ningsih yang biasa di sapa Iwet mengaku, sebenarnya persoalan penutupan akses jalan ke lokasi wisata tersebut adalah persoalan pribadi antara paman dan keponakan.

Namun, dalam persoalan tersebut berimbas kepada banyak pedagang. Keluarga pemilik rumah makan rumpun bambu menutup akses jalan. Padahal, persoalan pertama karena satu tempat karaoke yang merupakan keponakan dari pemilik rumah makan rumpun bambu.

“Itu masalah awalnya, urusan mamak dengan kemenakan. Mamak kemenakan, tentu pribadi jatuhnya. Kalau pribadi jatuhnya, tentu mereka selesaikan urusan mereka. Tidak perlu kami yang banyak ini dilibatkan dikorban di sini,” terang Iwet.

Ia meminta, agar jalan sebagai akses tempat masuk tujuan wisata tersebut bisa dibuka seperti semula kembali, hingga pemilik rumah makan rumpun bambu bisa memperlihatkan alas kepemilikan tanahnya.

“Sampai ada bukti, bahwa itu tanah orang tua mereka. Kalau benar itu, tanah orang tuanya kami sudah iklas semua. Tutuplah, tidak akan kami ganggu,” ujarnya.

Selain itu, Iwet juga menyinggung soal penggirangan opini dalam sejumlah pemberitaan terkait usaha karaoke yang mereka buka.

Ia membantah kalau opini itu tidak benar. Mereka membuka tempat karaoke sudah sesuai dengan ketentuan dan kesepakatan aturan dengan pemuda.Dan pemilik karaoke serta pedagang sudah berkomitmen bersama Pemuda setempat untuk memerang maksiat di lokasi Pasir Alai Surantih.

“Kami berdagang di dalam sudah ada aturan yang dibuat dengan pemuda. Kami punya aturan dan sudah dijalankan sesuai aturan. (Jika ada kematian) 14 hari saja, jarak sekilo lebih. Kami tidak boleh menghidupkan karaoke,” tegasnya.

Jadi terkait persoalan ini, Iwet sebagai pedagang dan puluhan pedagang lainnya yang merasa menjadi korban dari imbas penutupan akses ini, agar pemerintah bisa menjadi jalan tengah dan menyelesaikan secara adil. Karena, sejak awal mereka sudah mencari solusi. Namun, pihak keluarga rumah makan rumpun bambu masih bertahan dengan prinsipnya.

“Berbagai macam upaya jalan damai sudah kami lakukan. Sampai ke mamaknya dan pemerintah nagari sudah kami jumpai. Tapi, tidak ada nampak solusinya, malahan mereka menentang.

Sebelumnya, akses jalan ke lokasi wisata Pasia Alai, Nagari Ampiang Parak, Kecamatan Sutera, Kabupaten Pesisir Selatan di pagar oleh keluarga yang mengaku pemilik lahan. Hal tersebut lantaran aktivitas karaoke di lokasi tersebut diduga mengganggu ketenteraman dan ketertiban umum.

Isum selaku keluarga yang mengaku pemilik lahan mengatakan, permasalahan itu berawal ketika permintaan keluarga kepada salah satu pemilik tempat karaoke di Pasia Alai tidak ditanggapi. Permintaan itu adalah untuk menghentikan karaokenya hingga larut malam.

“Sebenarnya kami tidak melarang keberadaan karaoke itu, tapi kami minta arahkan suaranya ke laut,” ujarnya, Selasa (25/4/2023).

Jika pun tidak bisa dimatikan, ia meminta suara musik karaoke tersebut dipelankan. Sebab, permintaan tersebut didasari oleh kakaknya yang saat ini tengah sakit jantung dan tergeletak dirumah.

“Kakak kami saat ini sedang sakit jantung. Saat bunyi karaoke itu menjadi jadi, sakit kakak kami semakin parah,ujarnya.GPK