
Kabut Asap Karhutla Menyelimuti 3 Kecamatan di Pesisir Selatan
GP News – Bayang Utara
Kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Peovinsi Jambi dan Sumatera Selatan kini mulai dirasakan oleh masyarakat di tiga kecamatan, di Kabupaten Pesisir Selatan (Pessel).
Kecamatan yang terdampak oleh kebakaran itu yakni Kecamatan Bayang Utara, Bayang dan IV Jurai.
Camat Bayang Utara, Ronal Bernando mengatakan kabut asap mulai terasa sejak 4 hari terakhir. Namun, ia mengakui belum mengganggu jarak pandang.
“Kabut kini mulai terlihat di sekitar kawasan perbukitan. Biasanya tidak seperti itu,” ungkapnya pada GP News (23/8).
Sejak satu bulan terakhir, Karhutla terjadi di Provinsi Jambi dan Sumatera Selatan. Dari pantauan satelit, terdapat 260 titik api yang membakar lahan gambut.
Secara keseluruhan, luasan hutan yang terbakar mencapai 3.000 Hektare. Taman Kanak-Kanak dan sejumlah Sekolah Dasar dikedua provinsi itu mulai diliburkan.
Kendati demikian, lanjut Ronal, ia hingga kini memang belum berkoordinasi dengan pemerintah kabupaten. Akan tetapi, pihaknya memberitaukan kondisi itu pada Puskesmas setempat.
Sebagai antisipasi, Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) itu kini telah menyiapkan masker untuk dibagikan secara gratis pada masyarakat.
“Persediaannya banyak. Tapi sampai saat ini belum ada keluhan gangguan pernafasan dari masyarakat, “ujarnya.
Secara terpisah, Kepala Dinas Lingkungan Hidup, Jumsu Trisno menyampaikan Pessel saat ini belum bisa melakukan pengujian kualitas udara.
Sebab, daerah belum memiliki alat penguji. Selama ini, pengujian kualitas udara di Pessel masih bergantung dari kegiatan tahunan yang dilakukan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG)
Namun berdasarkan pengecekkan yang telah dilakukan Pemerintah Kota Padang terkait dampak Karhutla di Jambi dan Sumsel, kualitas udara di Sumbar masih di ambang batas baik.
“Memang sudah terdampak, tapi belum membahayakan bagi kesehatan masyarakat,” sebutnya.
Terkait alat pengujian, Dinas Lingkungan Hidup Pessel telah mengusulkan pada DPRD untuk pengadaan alat deteksi kualitas udara, sehingga tidak lagi bergantung pada daerah lain.
Dirinya berharap usulan itu bisa terealisasi pada tahun anggaran 2020. Sebab, usulan telah dibahas melalu pembahasan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
Berdasarkan pengamatan BMKG, kabut asap akibat Karhutla di Jambi dan Sumsel, kualitas udara Sumbar mulai menurun. Asap terbawa karena hembusan angin Tenggara.
“Angin itu yang membawa debu polutan hasil karhutla. Apalagi mulai Agustus Sumbar memasuki fase kering kedua,” terang Kepala BMKG Stasiun Pemantau Atmosfer Global Kototabang Wan Dayantolis.GP1